Akal Manusia dan Hakekat Allah
Manusia dijadikan oleh allah, tidak disuruh mengetahui keadaan yang sebenarnya (hakekat) dzat allah, akan tetapi manusia,disuruh untuk memikir dan mengerti faedah sesuatu yang di jadikan-NYA, Allah menjadikan matahari,bulan,bintang,laut dan sungai untuk difahami manusia akan faedahnya.
seperti hadist di bawah ini yang artinya:
"pikirlah apa yang dijadikan oleh allah, tetapi janganlah memikirkan hakekat Dzat Allah, karena kamu tidak dapat mengira-ngirakannya." (Al-Hadist Al-Jaami'u-Shaghir).
Berarti bahwa akal manusia itu tidak dapat mengetahui hakekat (sebenarnya) dzat Allah. Allah memberikan akal dan panca indra itu, dengan ukuran yang terbatas.
Buktinya:
1.Perasaan Lidah
Lidah dapat merasakan perasaan manis atau pahit.Tetapi gula yang manis terletak jauh, tidak dapat dirasa dengan lidah. Artinya manusia tidak mengetahui rasa manis itu, apabila gula itu tidak diletakkan dimulutnya. Itupun tidak dapat dijadikan ukuran yang tepat.
2. Penglihatan
Mata itu dapat melihat sesuatu barang, kalau barang itu berhadapan dengan mata, dan terletak pada tempat yang nyata. Tetapi jika dilihat itu amat jauh atau terletak pada yang terhalang, tantulah tidak dapat dilihat lagi. Dengan kaca mata atau teropong dapat juga melihat barang yang jauh, itupun ada batasnya. Jadi tidak semua yang ada dapat dilihat dengan mata.
3. Penciuman
Hidung itu mencium barang yang berbau, dengan syarat benda itu dekat atau didekatkan ke hidung. kalau barang itu jauh atau sebab lain, tentu baunya tidak dapat dicium oleh hidung itu.
4. Pendengaran
Telinga itu dapat mendengar suara atau bunyi-bunyian. Ini juga mempunyai batas, sebab apabila tempat suara itu jauh dari padanya, tentu akan terasa lemah suara itu, atau tak akan kedengaran sama sekali.
5. Perasaan Tubuh
Dengan perasaan ini dapatlah kita membedakan rasa sesuatu yang kita sentuh, seperti rasa halus, kasar, panas, dingin dan sebagainya. Ini pun mempunyai batas pula. kuat dan lemahnya perasaan ini tergantung pada waktu, tempat dan keadaan sebelumnya. Apabila baru menyentuh yang dingin, maka yang hangat dirasa panas. Dan demikian seterusnya.
Jadi nyatalah bahwa pancaindera yang diberikan oleh Allah kepada manusia itu ada batasnya. Maka akal yang tidak boleh tidak meski bersandar pada panca indera itu pun ada batasnya pula, dan tidak dapat menjadi ukuran mutlak, apalagi untuk mengetahui dzat Allah yang maha sempurna.
Maka dari itu pula, tidak aneh apabila panca indera dan akal itu tidak dapat mencapai dzat Allah yang maha sempurna, yang menjadikan akal dan pancaindera itu sendiri.
Untuk mengetahui atau mencapai keadaan atau hakekat alam dunia ini saja, akal manusia masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan. Bagaimana ia akan mencapai Dzat yang maha tinggi dan maha sempurna?.

Komentar
Posting Komentar